Sunday, April 12, 2015

Muhasabah ( Introspeksi Diri )

Muhasabah ( Introspeksi Diri )

Seorang muslim perlu selalu melakukan muhasabah (introspeksi). Terutama ia harus periksa adakah dirinya telah memenuhi kriteria seorang beriman sejati? Dan untuk itu ia mesti membuktikan bahwa dirinya merupakan seorang muslim di hadapan Allah.Bukan di hadapan manusia lainnya. Muslim-mukmin sejati pasti mengharapkan pengakuan dari Allah,bukan dari sesama manusia, bahkan bukan pengakuan dari dirinya sendiri.



Di dalam bukunya, Anshari Ismail menulis sebagai berikut:

“Yang perlu kita lakukan hanyalah membuktikan diri bahwa kita ini seorang muslim. Muslim yang dikehendaki oleh Allah, bukan muslim yang kita kira sendiri. Karena kita adalah hamba Allah ,bukan hamba diri sendiri. Karena kita mengharap ridha Allah, bukan ridha diri sendiri. Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa kita seorang muslim, maka kita harus ber-Islam dengan caranya Allah,bukan dengan cara kita sendiri. Tetapi bagaimana ber-Islam dengan cara Allah ?” (“Jalan Islam-Transformasi Akidah dalam Kehidupan” **Anshari Ismail; An-Nur Books Publishing 2008, hlm. 7)

Dewasa ini, tidak sedikit kaum muslimin yang ber-islam menurut kemauannya sendiri atau kemauan orang lain. Sehingga ia membuat kriteria sendiri siapa yang disebut muslim. Dan karena kriteria itu adalah buatannya sendiri, maka cenderung disesuaikan dengan keinginan pribadi. Misalnya, dia menganggap dirinya muslim bila sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, tanpa memandang perlu memahami konsekuensinya. Dia kira hanya dengan sudah mengucapkan secara lisan dua kalimat syahadat berarti seseorang sudah pasti terpelihara dari api neraka dan masuk surga. Dia berlindung di balik hadits seperti:

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang mengucapkan, “Tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah (laa ilaaha illa Allah), niscaya dia masuk surga.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi No. 2562)

Sedangkan Syaikh Abu Abdurrahman Al-Atsari menulis sebagai berikut:

“Ada pula beberapa hadits yang serupa. Banyak dari mereka menganggap bahwa mengucapkan dua kalimat syahadat sudah cukup menetapkan sifat Islam dan berhak masuk surga meskipun tidak mengerjakan sholat, melakukan perbuatan mungkar, menghina Allah Rasul-Nyadan ayat-ayatNya, menyekutukan Allah  dengan sesuatu yang tidak mempunyai kekuasaan, memberikan loyalitas kepada musuh-musuh Allah dari kalangan Yahudi dan Nasrani serta orang-orang komunis, menerapkan hukum-hukum kafir, UUD jahiliyah bagi manusia, melarang sebagian aturan-aturan Islam dan memeranginya, seperti jihad fii sabilillah, sebagaimana yang terjadi di negeri kaum muslimin hari ini. Jelas itu hanya terjadi pada orang bodoh atau orang pandir yang membela para thaghut, yang tumbuh sejak kecil hingga tua di atas aturan itu…” (“Al-Haqq wal-Yaqin fi ‘Adawat At-Tughat wal-Murtaddin” **Abu Abdurrahman Al-Atsari; Media Islamika 2009, hlm. 17)

Mengucapkan dua kalimat syahadat memang merupakan bentuk resmi seseorang dikatakan memeluk agama Islam, namun sekadar mengucapkannya tidak serta-merta menjadikan seseorang menjadi mukmin sejati. Ia perlu membuktikan dirinya melalui berbagai pengalaman di dalam hidupnya agar jelas terlihat bahwa antara ucapan di lisan, pembenaran di dalam hati dan pembuktian dengan segenap anggota tubuh ada keselarasan dan hilanglah pertentangan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Semua itu perlu didukung dengan ilmu dan amal. 

Oleh karenanya Allah berfirman bahwa setiap orang yang mengaku muslim perlu diuji agar jelas apakah pengakuannya jujur atau dusta.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29] : 2-3)

Seorang muslim pasti mengalami aneka ujian dari Allah.Terkadang ujian berupa kesulitan dan terkadang berupa kesenangan. Semua ujian tersebut dimaksudkan untuk menyingkap jenis muslim seperti apakah diri kita masing-masing. Apakah kita termasuk seorang muslim jujur, yang berarti masuk ke dalam kelompok mukmin sejati. 

Inilah di antaranya golongan yang digambarkan Allah  di dalam surah Al-Kahfi:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلا خَالِدِينَ فِيهَا لا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.” (QS. Al-Kahfi [18] : 107-108)

Ataukah termasuk jenis muslim pendusta. Dan jika termasuk pendusta, maka ia dapat masuk ke dalam kelompok munafiqun yang digambarkan Allah سبحانه و تعالى seperti berikut:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah [2] : 8-9)

Di samping itu, seorang muslim pendusta bisa masuk ke dalam golongan musyrikin yakni orang-orang yang mempersekutukan Allah .

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf [12] : 106)

Ada lagi kemungkin ketiga yaitu seorang muslim pendusta masuk ke dalam golongan kaum murtaddun (orang-orang yang murtad). Dia divonis keluar dari Islam karena telah melakukan pelanggaran yang termasuk kategori nawaqidh al-iman (pembatal keislaman).

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَلا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah [9] : 65-66)

Muslim pendusta yang masuk ke dalam golongan munafiqun, musyrikun maupun murtaddun merupakan golongan yang sungguh merugi. Sebab mereka pada hakikatnya tidak bisa disebut orang beriman. Mereka bakal kekal selamanya di dalam neraka.

Mengenai kaum munafiq Allah bakal menempatkan mereka di dalam neraka yang paling buruk siksaannya:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisa [4] : 145)

Sedangkan kaum musyrikin Allah jelaskan keadaan mereka sebagai orang-orang yang tidak diterima segenap amal yang telah mereka kerjakan, betapapun banyaknya kebaikan, amal sholeh maupun amal ibadah yang telah dikerjakannya.

لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Sungguh, bila kamu berbuat syirik, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar [39] : 65)

Adapun kaum murtaddin, maka mereka menjadi sama kedudukannya dengan orang kafir. Sebab mereka rela meninggalkan iman dan malah memilih untuk menjadi kafir.Allah menggambarkan mereka sebagai berikut:

وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 217)

Oleh karenanya di dalam sejarah Islam terdapat banyak contoh dimana Nabi Muhammad dan para sahabat utama memperlakukan orang yang secara status muslim namun diperlakukan sebagai orang di luar Islam. Orang-orang itu mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun mereka telah dinilai keluar dari agama Islam karena terlibat dalam pelanggaran yang dikategorikan sebagai nawaqidh al-iman (pembatal keislaman).

Salah satunya ialah yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir di dalam kitab Tafsirnya ketika membahas surah An-Nisa ayat 65:

“Dua orang lelaki yang berselisih datang menemui Nabi Muhammad lalu beliau memutuskan tidak bersalah kepada fihak yang benar di atas fihak yang salah. Fihak yang diputuskan bersalah tidak mau menerima dan berkata kepadanya: “Saya tidak terima!” Kemudian yang satunya bertanya: “Lalu apa maumu?” Ia menjawab: “Kita pergi ke Abu Bakar Ash-Shiddiq!” Merekapun pergi. Orang yang diberi keputusan tidak bersalah berkata kepada Abu Bakar: “Kami telah mencari keadilan kepada Nabi lalu aku diberi keputusan tidak bersalah.” Abu Bakar lalu berkata kepadanya: “Kamu berdua harus menerima apa yang telah diputuskan oleh Rasulullah.” Akan tetapi yang satunya tidak mau menerima. Keduanya kemudian menemui Umar bin Khattab, lalu orang yang diberi keputusan tidak bersalah berkata: “Kami telah mencari keadilan kepada Nabi  lalu aku diberi keputusan tidak bersalah tetapi yang satunya tidak mau menerima.” Mendengar permasalahan ini lalu Umar bertanya kepadanya dan dijawab benar adanya. Umar kemudian masuk dan pergi lagi membawa pedang terhunus di tangannya. Lalu orang yang tidak mau menerima keputusan Rasulullah  tersebut ditebas lehernya..!” 

Maka turunlah ayat sebagai berikut:

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa [4] : 65)

Subhanallah…! Sungguh luar biasa firasat Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Beliau dapat mendeteksi kekafiran di dalam diri orang yang tidak kunjung dapat menerima keputusan yang telah diambil oleh Rasulullah padahal telah dikonfirmasi kebenarannya pula oleh sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Bayangkan, Allah memerlukan untuk bersumpah atas nama diri-Nya sebagai Rabb. 

Allah  berfirman mengawali ayat di atas dengan firman-Nya: “Maka demi Rabbmu”. 

Artinya, Allah sangat serius ingin menjelaskan raibnya iman pada diri seorang yang mengaku muslim namun ia:

(1) tetap enggan menjadikan Rasulullah  sebagai hakim, lalu

(2) tetap merasa keberatan dalam hatinya terhadap keputusan Rasulullah dan

(3) tidak menerima dengan sepenuhnya keputusan Rasulullah tersebut.

Kejadian di atas merupakan satu saja dari sekian banyak contoh generasi awal ummat Islam yang tidak mudah terkecoh menilai seseorang sebagai muslim hanya dengan mengandalkan bahwa orang tersebut telah mengucapkan secara lisan dua kalimat syahadat.

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

“Wahai (Allah) Dzat yang membolak balikkan hati teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi No. 2066)

Wallahu’alam bishshawab …


Flirting and Temptation on Social Media


Those who purposely tempt the believers and do not repent from their evil will end up in Hell Fire. Fitnah (فتنة) in Arabic means both temptation and tumult.

1- Causing doubts in the hearts of the Believers toward Islam by talking negative about Islam.
2- Verbal sexual enticement.
3- Dressing inappropriately, such as wearing bikinis where 99% of the nakedness is exposed to the public.
4- Encouraging evil actions and decisions such as gambling, drinking alcohol, taking drugs, etc...
5- Purposely causing two parties or two groups of people to have conflicts with each others. See also: What does Islam say about tumult?
And so on....



Easily cheating,lying,hurting,mix in haram relation or fun of someone feelings.If you are not serious for anything then don’t do such things.
Flirting is forbidden in Islam...Its attracting the opposite sex to you..And the more you attract the opposite sex, or make happy in the wrong way (which is flirting) the more sin you will get...
many of u bro msg girl and say oh dear I LOVE U I CANT LIVE WITHOUT U and when girl say u are kidding HE MAKE HER REALISE OH MY DARLING I WILL TAKE OUT MY HEART AND SHOW HOW IT IS BEATING IN UR LOVE ooh hoooo?????and such type of ediotic msg and girls are too stupid that they really fall in love .
on the same side many sisters making bro fool by uploading their attractive picts on fb,with so many kind of attactive poses and much more boys just hit like or gives such nice comments,They will be feel much happier and proud (naudzubillah) and then though which boys get attracted.

Wallah I am not insulting you or anyone here but love is something which incidentaly fall with someone but ALLAH has even given us the stamina to control it .so if you cant stand on your words just break down such relation forever and even dont misguide any men or women or boy and girl
and more you chat with non mahram more desire you will get it is only from Shaytan thats what that syaitan want us muslims to go astray.

Allah Almighty Said:
Verily, those who make trial of the believers, men and women, and then do not repent, for them is the torment of hell, and for them is the torment of the burning! [85:10]
As we clearly see in Noble Verse 85:10, anyone who purposely draws a believing Muslim into temptation (any form of evil temptation) then he/she is committing a sin, and if he/she doesn't repent, then their punishment with Allah Almighty is severe.
You must remember Allah first and foremost. Remember that He tells us in the Quran what means:
{And come not near unto adultery. Lo! it is an abomination and an evil way.} (Al-Israa 17: 32)
And He also tells men and women to be modest in words that mean:
{Tell the believing men to lower their gaze and be modest. That is purer for them. Lo! Allah is Aware of what they do. And tell the believing women to lower their gaze and be modest, and to display of their adornment only that which is apparent…And let them not stamp their feet so as to reveal what they hide of their adornment…} (An-Nur 24: 30–31)
so my only one aim in this post was to tel u all dont flirt dont misguide anyone from path of ALLAH and you yourself don't be misguided whether it is Facebook,Google,Yahoo or any place.
Keep in mind that your purpose in life is to worship Allah and please Him. And remember that Allah is WATCHING everything you do.
MAY ALLAH SAFE YOU,ME AND ALL MUSLIM , MUSLIMAH from such sins and even safe us from ibless stupid thoughts and and his useless tricks.
Allahumma Aameen...

Monday, April 6, 2015

10 Principles for Peaceful Life

10 Principles for Peaceful Life

1. Do Not Interfere In Others’ Business Unless Asked
Most of us create our own problems by interfering too often in others’ affairs. We do so because somehow we have convinced ourselves that our way is the best way, our logic is the perfect logic and those who do not conform to our thinking must be criticized and steered to the right direction, i.e. our direction. This thinking denies the existence of individuality and consequently undermines the Intelligence and Creativity that is only attributed to Allah. Allah has created each one of us in a unique way. No two human beings can think or act in exactly the same way. All men or women act the way they do because Allah has made each one of us different, with different personalities. Be patient with one another, and mind your own business and you will keep your peace. 

2. Forgive And Forget
This is the most powerful aid to peace of mind, but also challenging to achieve. We often develop ill feelings inside our heart for the person who insult us or harm us. We nurture grievances resulting in loss of sleep, development of stomach ulcers, and high blood pressure. We further aggravate stress in ourselves by remembering, and reminding ourselves of the very persons that caused us harm. Get over this bad habit. Life is too short to waste in such trifles. Forgive, forget, and march on. Love flourishes in giving and forgiving.

3. Do Not Crave For Recognition
This world is full of selfish people. They seldom praise anybody without selfish motives. They may praise you today because you are in power, but no sooner than you are powerless; they will forget your achievement and will start finding faults in you. Why do you wish to kill yourself in striving for their recognition? Do your duties ethically and sincerely, and only seek the pleasure of Allah through Salah and Ibadah.

4. Do Not Be Jealous
We all have experienced how jealousy can disturb our peace of mind. You know that you work harder than your colleagues in the office, but sometimes they get promotions; you do not. You started a business several years ago, but you are not as successful as your neighbour whose business is only a one year old. There are several examples like these in everyday life. Should you be jealous? No. Remember, a person’s life is shaped by their destiny, which becomes their reality. If you are destined to be rich, nothing in the world can stop you. And if you are destined to be poor, then no matter what you do, you will only be what you are destined to be. Nothing will be gained by blaming others for your misfortune. Jealousy will not get you anywhere; it will only take away your peace of mind.

5. Change Yourself
If you try to change the environment single-handedly, the chances are you will fail. Instead, change yourself to suit your environment. As you do this, even the environment, which has been unfriendly to you, will mysteriously change and seem congenial and harmonious.

6. Endure What Cannot Be Cured
 Every day we face numerous inconveniences, ailments, irritations, and accidents that are beyond our control. If we cannot control them or change them, we must learn to put up with these things. We must learn to endure them cheerfully. Believe in yourself and you will gain in terms of patience, inner strength and will power.

7. Do Not Bite Off More Than You Can Chew
We often tend to take more responsibilities than we are capable of. This is done to satisfy our ego. Know your limitations. Why take on additional loads that may create more worries? You cannot gain peace of mind by expanding your external activities. Reduce your material engagements and spend time in prayer, and introspection. It will prevent you from thinking of matters that upset you. An uncluttered mind is a peaceful mind.

8. Make Regular Dhikr
Dhikr, the remembrance of Allah, calms the mind and gets rid of disturbing thoughts. Try it yourself. If you do tasbih, dhikr, whenever you are free, your mind will be at peace during the day. Your mind will not be easily disturbed as it was before. You may think that this will interfere with your daily work. On the contrary, this will increase your efficiency and you will be able to produce better results in less time.

9. Never Leave The Mind Vacant
An empty mind is the devil’s workshop. Keep your mind occupied in something positive, something worthwhile and negative thoughts will not plague your mind. Actively follow a hobby, something that holds your interest. You must decide what you value more: money or peace of mind. Your hobby, like social work or religious work, may not always earn you more money, but you will have a sense of fulfillment and achievement. Even when you are resting physically, occupy yourself in healthy reading or mental chanting of God’s name.

10. Do Not Procrastinate And Never Regret
Do not waste time in protracted wondering, “Should I or shouldn’t I?” You can never plan enough because you can never fully anticipate all future happenings. Value your time and do the things that need to be done now. It does not matter if you fail the first time, so long as you don’t leave it for tomorrow. You can learn from your mistakes and succeed the next time. Sitting back and worrying will lead to nothing. DO NOT REGRET. Whatever happened was destined to happen. Why cry over spilled milk?

Thursday, April 2, 2015

Show Them


If you give an advice to your friends,your students,your children,brothers,sisters,or to another else,it must  be a reflection for what you tell to them.

If you tell him don't smoking,you should not smoking
if you tell him don't lie,then you must be always be honest.
if you tell her to cover her body by wearing hijab,so yourself also must be wear that hijab.
if you advice them to read Quran everyday,to pray on time,then you should be the role model for them that you also do every what you tell to them.

so, everything is not enough simply as giving an advice or tell a prohibition with words alone.
but we should show them...give them examples to follow.

=> Again....A good reminder for myself & foremost

Thursday, March 26, 2015

Various Types of People

Some of people have a good sense of humour,
Some people are very serious,
Some people are oriented towards science,other towards literature,some are very artistic,
Some are....They have a hard time figuring out what they are.
but they know how to have a good time.There are people of different personalities
What kind of personality Allah has given to you and then work in accordance with that.

Every single person have their own character and personality.They can't force you to be like them,another side you also can't force them to be like you.

Allah made personalities every person very very very different.And everybody should try to figure out what their personality is like as much as they can.
and then,in accordance with that,figure out what is the most they can make of their opportunity.
what are the most they can and what are challenge in their personality.

If someone is able to recognize their weakness then they are able to make connections,make friends,put themselves around people that turned that cover for that weakness.they recognize that weakness and they cover for that weakness.
If you surround yourself with people that have the same weakness as you,they have the same problem as you,like if you have a terrible sense of humour,you have no restrictions on your sense of humour.and you become friends with other people who also have no breaks in their sense of humour.
Not very good things will come out of that relationship.
You need somebody to stir things up.
You serious,everybody around you are very serious,your friends are super serious...ooooohhh that is a very depressing life.You need somebody to stir things up. 

Now in terms of deen,in terms of what Allah wants you to do in your life,everybody should instead of complaining or you only get happy when good things happen,and you get super depressed when bad things happen.
The reality of it is each of you will have your share of good and bad in this world.And you need to make the most of it given your personality.Given Your STyle.

Halal itu Harus

Bagi seorang mukmin, makanan halal adalah syarat mutlak…. Sayidina Abu Bakar memilih untuk muntah daripada menelan makanan haram… Wali dan sufi sufi memilih tidak makan daripada memakan makanan yang subhat…..salah satu sebabnya karena jika kita makan makanan yang halal hati kita menjadi bersih dan mudah untuk melakukan ibadah serta apapun yang dperintahkan oleh Allah, begitu juga sebaliknya makanan yang haram akan menggelapkan hati dan membuat kita sulit beribadah.Itu sebabnya sebagai hamba Allah, kita harus menjaga diri kita, anak anak kita, keluarga dan siapa saja dari makan makanan haram agar kita mudah beribadah dan dekat kepada Rabb kita.
Mungkin pernah kita berfikir,kenapa doa-doa kita belum dikabulkan oleh Allah,walaupun kita yakin apapun keputusan yang Allah tetapkan untuk kita adalah yang terbaik.
Beberapa hal yang mungkin kita anggap sepele bisa jadi alasan mengapa doa kita tidak terijabah.
seperti satu gambaran kisah Ibrahim bin Adham dibawah ini.


Ibrahim bin Adham merupakan seorang yang dikenal ahli ibadah, zuhud dan tinggi tawakalnya kepada Allah. Pada suatu hari setelah selesai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke masjid Al-Aqsa.Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat Masjidil Haram.Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak di dekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya.
Tiba-tiba ia mendengar percakapan dua malaikat tentang dirinya."Itu Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara' yang doanya selalu dikabulkan Allah SWT," kata malaikat yang satu."Tetapi sekarang tidak lagi, doanya ditolak karena empat bulan yang lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat Masjidil Haram," jawab malaikat yang kedua.
Ibrahim bin Adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama empat bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan amalan-amalan lainnya tidak diterima oelh Allah SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya."Astaghfirullah....," Ibrahim beristighfar.Ia langsung berkemas berangkat lagi ke Makkah menemui pedagang tua penjual kurma untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.Begitu sampai di Makkah, ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, akan tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda,"Empat bulan yang lalu saya membeli kurma di sini dari seorang pedagang tua. Kemana ia sekarang?" tanya Ibrahim."Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma," jawab anak muda itu."Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan?"katanya.Kemudian Ibrahim menceritakan peristiwa yang dialaminya, anak muda itu mendengarkan dengan penuh hikmat."Engkau sebagai ahli wairs orang tua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur aku makan tanpa seizinnya?" tanya Ibrahim."Bagi saya tidak masalah, Insya Allah saya halalkan, tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatasnamakan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya," jawab pemuda itu."Dimana alamat saudara-saudaramu? Biara saya temui mereka satu persatu," tutur Ibrahim.
Ibrahim bin Adham pun bergegas, walaupun tempatnya berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim.Empat bulan kemudian, Ibrahim bin Adham sudah berada di bawah kubah Sakra lagi dan tiba-tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap-cakap."Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain," kata malaikat yang satu."Oh... tidak lagi sekarang, sekarang doanya sudah makbul lagi. Ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain, dan sekarang ia sudah bebas," jawab malaikat yang kedua.Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. Empat bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al-Aqsa dan seperti biasa, ia suka memilih tempat beribadah pada sebuah ruangan di bawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusyuk sekali.


Subhanallah...kita bisa mengambil hikmah dari cerita tersebut ,
itu hanyalah sebutir kurma,tidak akan mengenyangkan kalaupun kita makan,
tapi bagaimana akibatnya kalau kita mendapatkan makanan tersebut dengan cara yang subhat,apalagi haram.Naudzubillah.
Makanan yang kita makan sangatlah berpengaruh akan doa kita ,permohonan kita terhadap Allah bisa tidak akan terijabah bila kita tidak berhati-hati dalam makanan yang kita makan.Astaghfirullah. 


Kehalalan suatu makanan diatur dalam syariat dari jenis makanan itu sendiri, cara memperolehnya, cara mengolahnya dan cara menyajikannya. Makanan yang sudah jelas jelas halal, jika penyajiannya kurang tepat, bisa menjadi haram. Contohnya ayam, dari jenisnya termasuk makanan yang halal, Tapi ayam bisa menjadi haram jika cara sembelih ayam tidak sesuai dengan syariat.Ayam yang halal bisa menjadi haram karena ayam tersebut masuk dalam kategori bangkai. Jika sudah disembelih, masih ada hal hal yang perlu dicermati dalam penyajiannya. Ayam yang sudah disembelih sesuai syariat jika dimasak bersama angciu atau arak, menjadi benda yang haram untuk dimakan.
dan seperti contoh kisah sebutir kurma diatas,kurma adalah halal,tapi akan bisa menjadi subhat kalau itu tidak jelas milik siapa kurma yang kita makan.dan akan menjadi haram kalau kurma itu kita dapatkan dari hasil mencuri.

jadi apapun yang kita dapatkan ,selalu untuk berhati-hati menjaga diri dari hal-hal yang menghalangi terijabahnya doa kita.
HALAL sudah menjadi syarat mutlak untuk apapun yang kita makan,kita lakukan,darimana kita memperoleh nafkah,dan cinta yang kita dapatkan pun haruslah berlabel "HALAL".




Dinding Facebook

Beberapa orang sering meng-up date status konyol mereka dengan kata-kata yang  tidak jelas, entah apa tujuannya ,mungkin karna saking "gandrung" nya dengan media social,pengen numpang beken, cari perhatian dan pengen dapet like atau comment-comment biar postnya rame seperti : 
> Ngantuk
> Dingin . . .
> Sakiiiitt.
> B.E.T.E. . . .
> Capek
> Puanass buaget neh !
> Arghhh .. . !!!!
> Gile tuh org !
> Aku masih menanti . . .
> Galau..!!
> Laper...
> lagi makan update status
> mau mandi update status
dan masih banyak sekali post-post konyol apalagi ala "alay" di facebook wall.mungkin dalam tidurpun kalau jempol masih bisa ngetik di keypad buat update status,mereka masih bikin tuh status-status konyol..-_-

Sebenernya tahukah kamu darimana sih asal muasal Wall facebook itu ???


1. Tembok Ratapan
Ibu Kota Israel yang luasnya sekitar 700 kilometer ini adalah kota yang berdiri di sekitar pegunungan yang indah. Penuh dengan situs-situs suci bagi umat berbagai agama, sehingga menjadi magnet bagi wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Tembok Barat alias Tembok Ratapan, misalnya. Dinding bait suci di Jerusalem yang dibangun oleh Raja Salomon atau Sulaiman dan Bait Suci itu hancur ketika Israel diserbu tentara Romawi pada 70 Masehi. Bangsa Yahudi percaya tembok ini tidak ikut hancur karena di tempat ini berdiam Shekhinah. Dengan demikian, berdoa di tembok ini sama artinya berdoa kepada Tuhan. Biasanya, peziarah dari berbagai penjuru dunia juga menyelipkan kertas doa di sela-sela batu tembok ratapan.
Tembok ini dulunya dikenal hanya sebagai Tembok Barat, tetapi kini disebut “Tembok Ratapan” karena di situ orang Yahudi berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Selain mengucapkan doa-doa mereka, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu.

2. Apakah Hubungan Tembok Ratapan dengan Wall Facebook?
Kenapa di Facebook mempunyai Wall (Dinding/Tembok)? Karena pemiliknya -Mark Zuckerberg- adalah orang Yahudi – walau kabar terakhir dia mengproklamirkan diri sebagai atheis-, (mungkin) terinspirasi dari salah satu tempat suci Yahudi di Yerusalem yang bernama Tembok Ratapan. Dimana kaum Yahudi melakukan ritual ibadah dengan berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Selain mengucapkan doa-doa mereka, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu. Itulah (mungkin) inspirasi Facebook Wall, untuk curhat, dan sebagainya.

3. Tembok Ratapan = Wall Facebook?
Tembok ratapan itu kini masih berdiri, dan masih banyak orang datang ke sana untuk berdoa dan meratap, sekaligus menuliskan harapan-harapannya lalu menyelipkannya ke dinding- dinding tembok itu. Nah, kini ada sebuah tembok baru yang dibuat di luar tembok ratapan itu. Jika yang datang ke tembok ratapan sebagian besar adalah orang-orang yahudi, maka di tembok baru itu, yang datang meratap bukan saja orang-orang yahudi, tetapi juga orang-orang Muslim dan orang-orang umum. Mereka dengan leluasa meratap, mengeluarkan keluh kesahnya, menuliskan harapan-harapannya, dan menghaturkan doa-doanya. Bahkan, jika Tembok Ratapan di Palestina hanya sedikit pengunjungnya, itu pun tidak setiap hari, maka tembok yang baru ini selalu dipenuhi oleh pengunjung dari segala penjuru dunia tiap harinya. Bahkan ada yang setiap hari tidak pernah meninggalkan tembok baru ini saking khusyuknya ibadah mereka di tempat itu.
Meski begitu, ia tidak pernah sesak, para pengunjungnya bisa dengan leluasa mengunjungi tembok-tembok itu. Bahkan,mereka diberikan kemudahan dengan dibebaskannya mereka membuat privatisasi pada sebagian tembok tertentu. Mereka bisa menuliskan harapannya, menyelipkan keluh kesah dan doa-doa panjangnya di dinding- dinding tembok itu, bahkan kini mereka juga dapat menyelipkan foto-foto diri mereka. Mereka juga dapat berinteraksi dengan pengunjung lain yang juga menjadi peratap di tembok itu. Kadang, mereka saling bertukar komentar atas keluhan, harapan, doa, atau sekadar celoteh kecil yang disisipkan di dinding mereka. Begitu mudah, begitu akrab, dan begitu alami…
Ya.. tahukah kalian? Kini, tembok ratapan itu bernama Facebook!!! Di Facebook, kita mengenal istilah wall/dinding. Di sana kita biasa mencurahkan isi kepala kita, harapan, doa dan sebagainya. Secara konseptual, ini sama dengan konsep tembok ratapannya orang yahudi. Bedanya, tembok ratapan kita itu adalah tembok maya, sementara tembok ratapan orang yahudi itu bersifat nyata.

Ya, di sini kita bisa melihat bagaimana orang yahudi itu mengamalkan ajaran agamanya, bahkan sampai di dunia maya. Bukankah pemilik dan penggagas facebook ini adalah orang yahudi?

4. Sekedar Renungan dan Nasehat
Terus terang hati ini merasa tidak enak melihat banyak status tidak jelas dan kurang bermanfaat muncul dari account teman-teman. Tidak mengapa jika yang ditulis atau disampaikan berupa ilmu, nasehat atau info-info yang bermanfaat. Namun kalau sekedar isi hati, luapan perasaan, kekecewaan, kegaguman atau entah apapun namanya yang kiranya tidak bermanfaat maka kiranya tidak perlu ditulis/ disampaikan lewat fb atau yang lainnya. Selain hal itu sia-sia, hal tersebut juga tidak baik untuk menjaga ‘privasi’ dan muru’ah/kehormatan diri. Hendaknya kita senantiasa menjaga waktu kita, jangan hanya dihabiskan untuk sekedar update status atau membalas/berkomentar pada status- status yang tidak jelas.

So...Let's use this facebook wisely.....!.....^_^

and THE BEST  place to share everything is just to Allah...

Tuesday, March 24, 2015

ش ياسر الدوسري وفي ختمة لا توصف بكى و أبكى من خلفه 1434هــ كاملة

Mishary Rashid Alafasy - Hadith Qudsi (Astaghfirullah).flv







 قَالَ الله تَعَالَى: ] يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكْ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً [ )) رواه الترمذي.

Saturday, March 21, 2015

Stay Humble and Don't be arrogant !

Stay humble ,and never underestimate the ability of another..

who we are ?
do you think if you have studied in popular university then you are better than your friends who can't take study in the same place with you?

if we think we have more knowledge than the other,how if it compare with Imam Bukhari
imam Bukhari had memorized 600.000 hadest only in 15 years..He had memorized Quran in his 9 years old age.
he memorized all of the book that he read,without even  a single word that he forgot.
how if we are compared with imam syafi'i ?..imam muslim ? and some another Muslim prominent figures

no one can guarantee, if you have graduated from the best madrasah in your country,then you will be more pious than your friend who just graduated from the general Islamic schools.

Astaghfirullah..we are just nothing..more over in front of Allah,,
so why we should arrogant ?

,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ 
الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

(91 صحيح مسلم كِتَاب الْإِيمَانِ باب تَحْرِيمِ الْكِبْرِ وَبَيَانِهِ)

Abdullah ibn Mas’ud reported: The Prophet, peace and blessings be upon him, said, “No one who has the weight of a seed of arrogance in his heart will enter Paradise.” A man said, “Indeed, a man loves to have beautiful clothes and shoes.” The Prophet said, “Verily, Allah is beautiful and He loves beauty. Arrogance means rejecting the truth and looking down on people.”


Wednesday, March 18, 2015

Qur'an which is like a ROPE

The greatest reason for the weakness of emaan(faith) is being detached with the book of Allah Azza wa Jalla and The Sunnah of His Prophet Sallallahu'alaihi wa sallam.

Quran.......
this is the key...
  • if you don't read it
  • you don't ponder upon its meanings
  • you don't try to implement it in your life 
  • you don't memorize it 

Then...you can't be wondering why your emaan is WEAK,because you have no attachment to Allah.
the Prophet Sallahu'alaihi wa sallam said : I leave behind me two things if you hold to them you will never go astray"
The first of them is The book of Allah ( Al Quran ) which is like a "ROPE"
One end of it with Allah and the other end of it is in your hands.
if you let go that rope,then you lose your connection with Allah Azza wa Jalla.
You have to continue to keep that connection with the book of Allah.
The only way we know of Allah is by that which He has revealed to us about himself.

If we just read the arabic letters ,May Allah rewards you with His hasanaat for every single letter you read.
but if you don't inderstand it what is it going to do for you ?
you don't know what Allah is even telling you.
Therefore you must have a connection with Allah through His book,and you must have a connection through the sunnah of the Prophet Sallalu 'alaihi wa sallam.
These Two things of Mandatory.

The Longer you stay away from The book of Allah,The more you will find your emaan draining. 

Saturday, March 14, 2015

Al 'Ilmu noorun ( Knowledge is Light )

We can take a self introspection of the story of Imam Syafi ee below:
He ever complained to his teacher about his bad memorization ability (although we know that Imam Syafi ee has a wonderful memorization ability).

شكوت الى وكيع سوء حفظي # فأرشدني بترك المعاصي
وأخبرني بأن العلم نور # ونور الله لا يهدى للعاصي

"I Complained to Waki 'about my bad memory,
So he advised me to leave sins.
And said: Know that indeed, knowledge is light.
And the light of Allah is not bestowed upon the sinner. "

Now we should take it back to ourself ...how about us?
Have we ever felt ,we are very difficult to memorize the Qur'an?
Have we ever thought it was hard to take some good lessons (mostly about 'ilmu Ad deen )?

so we should take more care about our own behaviours from now..
stay away from the bad deeds...coz may those things that make we are so difficult to get some good knowledges.